Sebagai orangtua yang baik, sebaiknya jangan hanya memberi anak uang saku. Perhatikan jajanan apa yang dibelinya di sekolah, apakah sehat jajanan tersebut? Jajan sudah menjadi kebiasaan anak-anak.Apalagi bagi mereka yang sudah bersekolah.
Pangan jajanan anak sekolah (PJAS) memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi yang dibutuhkan selama anak belajar di sekolah. Survei yang dilakukan di Bogor menunjukkan PJAS menyumbang 36 persen kebutuhan energi anak selama di sekolah.
Hal ini dibenarkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dra Kustantinah Apt MApp Sc. Menurut dia, PJAS cukup krusial kehadirannya karena merupakan asupan gizi yang didapat anak di sekolah.Namun, PJAS yang biasa dijual jauh dari syarat kebersihan, apalagi kesehatan.
“Kami dari BPOM banyak menemukan PJAS mengandung bahan-bahan yang membahayakan kesehatan,” kata Kustantinah.
Bahan-bahan tersebut, di antaranya penambahan bahan berbahaya dan bahan tambahan pangan yang melebih batas aman. Belum lagi makanan tersebut mengandung bakteri atau mikroba, terkontaminasi bahan kimia dan patogen.
”Data surveilan KLB Keracunan Pangan per 31 Desember 2010 lalu, dari 163 kejadian, 13,5 persen di antaranya berasal dari pangan jajanan anak di sekolah,” sebut Kustantinah.
Penyebab keracunan yang terjadi pada anak,di antaranya karena buruknya higienitas dan sanitasi, makanan mengandung boraks atau formalin, pewarna bukan makanan yang mengandung rhodamin B dan metanil yellow.
”Hati-hati mengonsumsi kerupuk berwarna, besar kemungkinan pewarna tekstil yang digunakan. Begitu pula bakso, mungkin mengandung boraks,” kata Kustantinah.
Bakso misalnya, menurut dia, pada umumnya para pedagang hanya menambahkan sedikit daging dan selebihnya adalah tepung.
”Tentunya ini dapat memicu berat badan anak menjadi obesitas,” imbuhnya.
Adapun Dr dr Saptawati Bardosono MSc dari Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia dalam presentasinya memaparkan, persentase kejadian luar biasa (KLB) keracunan di tingkat SD setiap tahunnya sekitar 70 persen-79 persen.
”Karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk mencermati jajanan yang dibeli oleh anak. Jangan hanya memberikan uang dan terserah anak mau dibelikan apa,” kata Saptawati.
Sebenarnya tidak semua jajanan anak di sekolah membahayakan kesehatan. Dan, boleh-boleh saja jika anak jajan di sekolah. Namun, Saptawati mengingatkan untuk mencermati dahulu jajanan sebelum akhirnya anak memutuskan untuk membeli.
Ambil contoh, tidak membeli jajanan yang dibungkus menggunakan koran atau kertas bekas. Sebab, tinta pada koran tersebut mengandung timbal yang mudah diserap makanan dan berdampak buruk bagi kesehatan. Hindari pula memilih jajanan yang ditaruh dalam kantong keresek, apalagi yang berwarna hitam.Kantong keresek hitam berasal dari sampah yang didaur ulang.
”Ingatkan anak untuk tidak mengonsumsi pangan yang berwarna mencolok, kenyal teksturnya, ataupun keras,” saran ahli gizi ini.Orang tua juga sebaiknya mulai giat membaca label yang tertera pada makanan.
Lihat komposisi dan tanggal kedaluwarsa makanan itu. Untuk mencegah penyakit atau kuman yang masuk pada makanan, hindari pangan yang dijual di tempat terbuka atau tanpa penutup atau kemasan.
Pangan jajanan anak sekolah (PJAS) memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi yang dibutuhkan selama anak belajar di sekolah. Survei yang dilakukan di Bogor menunjukkan PJAS menyumbang 36 persen kebutuhan energi anak selama di sekolah.
Hal ini dibenarkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dra Kustantinah Apt MApp Sc. Menurut dia, PJAS cukup krusial kehadirannya karena merupakan asupan gizi yang didapat anak di sekolah.Namun, PJAS yang biasa dijual jauh dari syarat kebersihan, apalagi kesehatan.
“Kami dari BPOM banyak menemukan PJAS mengandung bahan-bahan yang membahayakan kesehatan,” kata Kustantinah.
Bahan-bahan tersebut, di antaranya penambahan bahan berbahaya dan bahan tambahan pangan yang melebih batas aman. Belum lagi makanan tersebut mengandung bakteri atau mikroba, terkontaminasi bahan kimia dan patogen.
”Data surveilan KLB Keracunan Pangan per 31 Desember 2010 lalu, dari 163 kejadian, 13,5 persen di antaranya berasal dari pangan jajanan anak di sekolah,” sebut Kustantinah.
Penyebab keracunan yang terjadi pada anak,di antaranya karena buruknya higienitas dan sanitasi, makanan mengandung boraks atau formalin, pewarna bukan makanan yang mengandung rhodamin B dan metanil yellow.
”Hati-hati mengonsumsi kerupuk berwarna, besar kemungkinan pewarna tekstil yang digunakan. Begitu pula bakso, mungkin mengandung boraks,” kata Kustantinah.
Bakso misalnya, menurut dia, pada umumnya para pedagang hanya menambahkan sedikit daging dan selebihnya adalah tepung.
”Tentunya ini dapat memicu berat badan anak menjadi obesitas,” imbuhnya.
Adapun Dr dr Saptawati Bardosono MSc dari Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia dalam presentasinya memaparkan, persentase kejadian luar biasa (KLB) keracunan di tingkat SD setiap tahunnya sekitar 70 persen-79 persen.
”Karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk mencermati jajanan yang dibeli oleh anak. Jangan hanya memberikan uang dan terserah anak mau dibelikan apa,” kata Saptawati.
Sebenarnya tidak semua jajanan anak di sekolah membahayakan kesehatan. Dan, boleh-boleh saja jika anak jajan di sekolah. Namun, Saptawati mengingatkan untuk mencermati dahulu jajanan sebelum akhirnya anak memutuskan untuk membeli.
Ambil contoh, tidak membeli jajanan yang dibungkus menggunakan koran atau kertas bekas. Sebab, tinta pada koran tersebut mengandung timbal yang mudah diserap makanan dan berdampak buruk bagi kesehatan. Hindari pula memilih jajanan yang ditaruh dalam kantong keresek, apalagi yang berwarna hitam.Kantong keresek hitam berasal dari sampah yang didaur ulang.
”Ingatkan anak untuk tidak mengonsumsi pangan yang berwarna mencolok, kenyal teksturnya, ataupun keras,” saran ahli gizi ini.Orang tua juga sebaiknya mulai giat membaca label yang tertera pada makanan.
Lihat komposisi dan tanggal kedaluwarsa makanan itu. Untuk mencegah penyakit atau kuman yang masuk pada makanan, hindari pangan yang dijual di tempat terbuka atau tanpa penutup atau kemasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar