Sabtu, 21 Juli 2012

Cerita Dewasa Panas Wanita Berjilbab Khilaf Berselingkuh part 03



Cerita Dewasa Panas Wanita Berjilbab Khilaf Berselingkuh part 03, “Ohh, indah sekali”, kata Budi. Diusap-usapnya rambut jembut saya yang hitam lebat.

“Lebat sekali kak, sangat merangsang”, kata Budi. Dibukanya kedua belah paha saya, dan didorong hingga lutut saya menempel di perut dan dada. Bibir-bibir mem*k saya kini terbuka lebar dan dapat saya rasakan lubang mem*k saya terbuka. Saya merasa ada cairan merembes keluar dari dalam lubang mem*k. Saya sudah sangat terangsang. Tiba-tiba saja Budi berlutut di lantai dan ohhhhh, diciumnya mem*k saya.






“Ahh, jangan Bud, malu…, di situ kan bau”, kata saya kagok.

“Bau nikmat kak”, kata Budi tidak perduli. Dijilatinya mem*k saya. Perasaan nikmat menyerbu daerah selangkangan saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa lagi dan hanya menikmati yang dia lakukan. Dijilatinya kelentit saya, dan sekali-sekali dijulurkannya lidahnya masuk ke lubang mem*k yang sudah sangat basah itu.



Ujung lidah Budi keluar masuk lubang kenikmatan saya, kemudian berpindah ke kelentit, terus berganti-ganti. Tangan Budi meremas-remas susu saya dengan bernafsu. Slerp, slerp .., bunyi lidah dan mulutnya di mem*k saya. Kenikmatan semakin memuncak di mem*k saya, dan terasa menembus masuk hingga ke perut dan otak saya. Saya tidak mampu lagi menahannya. Kedua kaki saya mengejang-ngejang, saya menjepit kepala Budi dengan tangan dan saya tarik sekuat-kuatnya ke mem*k saya. Saya gosok-gosokkan mukanya ke mem*k saya. “Oooh, Buuud, kak Win keluar, ooooohhh …, nikmat sekali, oohhhh” saya menjerit dan mengerang tanpa saya tahan lagi.



Rasa nikmat yang tajam seolah menusuk-nusuk mem*k dan menjalar ke seluruh tubuh. Terpaan nikmat itu melanda, dan tubuh saya terasa mengejang beberapa saat. Sesudah kenikmatan itu lewat, tubuh saya terasa lemah tetapi lega dan ringan. Kaki saya terjuntai lemah. Budi sudah berdiri. Ia kini melepas seluruh bajunya. Celana panjang dipelorotkannya ke bawah dan dilepas bersama dengan celana dalamnya.



Oohhhhh, tampak pemandangan yang luar biasa. Budi ternyata memiliki kont*l yang besar, tidak sesuai dengan badannya yang sedang-sedang ukurannya. kont*l itu berwarna coklat kemerahan. Suami saya bertubuh lebih besar dari Budi, tetapi kont*l Budi ternyata luar biasa. Astaga, ia mengocok-kocok kont*l itu yang berdiri kaku dan terlihat mengkedut - kedut. Kepala kont*lnya tampak basah karena cairan dari lubang kencingnya. Tanpa saya sadari, tangan saya menjulur maju dan membelai kont*l itu. Ogghhh besarnya, dan alangkah kerasnya. Saya remas kepalanya, oohhhh .. Keras sekali, saya peras-peras kepalanya. Budi mengejang-ngejang dan keluar cairan bening menetes-netes dari lubang di kepala kont*lnya.



“Ahhhhh, jangan kak Win, saya nggak tahan, nanti saya muncrat keluar”, bisiknya sambil mengerang.

“Saya mau keluarkan di dalam mem*k kak Win saja, boleh yahhh Kak ?”, kata Budi lagi.

“Ahh, iya, Buud .., cepetan masukin ke mem*k kak Win, ayoohh”, kata saya. kont*l yang keras itu saya tarik dan tempelkan persis di depan lubang mem*k saya yang basah kuyup oleh cairan mem*k dan ludah Budi.



Tidak sabar saya rangkul pantat Budi, saya jepit pula dengan kedua kaki saya, dan saya paksa tekan pinggulnya. Ahhhhh, lubang mem*k saya terasa terdesak oleh benda yang sangat besar, oooouuuuhhhh.... dinding-dinding mem*k saya terasa meregang. Kenikmatan mendera mem*k saya kembali. kont*l itu terus masuk menembus sedalam-dalamnya. Dasar lubang mem*k saya sudah tercapai, tetapi kont*l itu masih lebih panjang lagi. Belum pernah saya merasakan sensasi kenikmatan seperti ini. Saya hanya tergolek menikmati kebesaran kont*l itu. Budi mulai meremas-remas susu saya dengan kedua tangannya. Tiba-tiba kont*l itu mengenjot mem*k saya keluar masuk dengan cepatnya. Saya tidak mampu menahannya lagi, orgasme kembali melanda, sementara kont*l itu tetap keluar masuk dipompa dengan cepat dan bertenaga oleh Budi.



"Terusshhh Buuud.. Ahhhhhhh". Saya terus meminta diiringi desahan yang tak terkontrol, ouhhhhh...

“Oooooooooouuuuhhhhhhh, Buud, nikmat sekali.., aku nggak kuat lagi ..”. Saya merengek-rengek karena nikmatnya.

“Hheehhhheh, sebentar lagi saya keluaaaar kaak ..”, kata Budi. Kocokannya semakin menjadi-jadi, saya hampir berteriak kenikmatan olehnya, namun suara ini tak mau keluar, mungkin saking nikmatnya. mulutku cuma menganga, tubuhku mulai terasa kejang.. ouhhhhh.



"Ouuuhhhhh.... Ahhhhh, sayangggg.. ouhhhh", Tubuhku kejang, kurasakan nikmat yang sangat luar biasa, entah berapa kali tubuhku menggejang, menggila seperti kesetanan oleh rasa nikmat. Melihatku, Budi mungkin semakin terangsang dan tak memperdulikan kondisiku, malah tetap memompa penisnya tanpa menurunkan tempo.



Akhirnyaa, "Ouhhhhhhh, Buuuuuu,, ahhhhh, diiiii... Terussshhh sayanghhhhh". Belum selesai kunikmati puncak kenikmatantu tadi, budi kembali mengmbuatku kejang. "Ouhhhhhh, argggghhhhhhh....", Saya merasakan aliran cairanku seperti berlomba muncrat dengan air seniku.... Ouhhhhhhhhhhh. Saya mengejang luar biasa.



Tiba-tiba tubuh Budi juga menegang. “Ahhhuuuggh, kaaakk winnnnhhhh... saya keluar kaaaak .”, erang Budi tertahan-tahan. kont*l Budi terbernam sedalam-dalamnya. Crut .. cruutt . crutt, saya merasakan ada cairan hangat menyemprot jauh di dalam mem*k saya seolah tanpa henti. Budi memeluk saya erat-erat sambil menyemprotkan cairan maninya didalam mem*kku. Mukanya tampak menegang menahan kenikmatan. Ada sekitar satu menit ia meregang nikmat sambil memeluk saya, kami seperti kesetanan karena kenikmatan.



Sesudah itu Budi menghela napas panjang. “Saya tidak tahu apakah saya menyesal atau tidak, … tapi yang tadi sangat nikmat.... Terima kasih kak Win”. Diciuminya muka saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa. Air mata saya menetes keluar. Saya sangat menyesali yang telah terjadi, tetapi saya juga menikmatinya sangat mendalam. Saat itu saya juga merasakan penyesalan Budi. Saya tahu ia sangat menyayangi Dian istrinya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur.



Sejak kejadian itu, kami hanya pernah mengulangi berzina satu kali. Itu kami lakukan kira-kira di minggu ketiga bulan puasa, pada malam hari. Yang kedua itu kami melakukannya juga dengan menggebu-gebu dan lebih gila rasanya. Sejak itu kami tidak pernah melakukannya lagi hingga kini. Kami masih sering bertemu, dan berpandangan penuh arti. Tetapi kami tidak pernah sungguh-sungguh untuk mencari kesempatan melakukannya. Budi sangat sibuk dan saya harus mengurusi Ilham yang masih kecil.



Saya masih terus didera nafsu sex setiap hari. Saya masih terus bermain dengan internet dan menjelajahi dunia sex internet. Saya terus berusaha menekan birahi, tetapi saya merasa tidak mampu. Mungkin suatu saat saya nanti saya akan melakukannya lagi dengan Budi, dengan segala dosa yang menyertai.

tamat

baca juga
Cerita Dewasa Panas Wanita Dewasa Khilaf Berselingkuh part 02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar